Assalamu’alaikum
wr. wb
Selamat
berjumpa sobat pembelajar semua..
Kali
ini, saya akan berbagi mengenai biografi sang Mualiif Kitab Maulid
Simthudurror, yakni Habib ‘Ali Habsyi.
Gambar Kitab Maulid Simtudurror
Beliau dilahirkan di desa Qasam,
yakni desa yang dinisbatkan kepada Sayyidina ‘Ali bin Alwi Khali. Di desa ini
Habib Ali bin Alwi bercocok tanam. Desa ini adalah desa yang penuh cahaya. Di
desa ini beliau membangun masjid yang besar. Beliau lahir di desa itu pada hari
Jum’at 24 Syawal 1259 H.
Ibu kandung beliau adalah seorang sayyidah shalihah, ‘arifah billah dan da’iyah ilallah, yakni ‘Alawiyyah binti Husein bin Ahmad al-Hadi
al-Jufri, yang berasal dari kota Syibam dan lahi r disana juga pada tahun 1240 H.
Ayahnya adalah Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi yang lahir di Seiwun pada
tanggal 18 Jumadil Akhir 1213 H. Beliau adalah seorang yang shidq dalam berdakwah. Nasab Habib Ali
terbukti sampai pada Rasulullah SAW. Berikut nasab secara lengkapnya. ‘Ali bin
Muhammad bin Husein bin ‘Abdillah bin Syeikh bin ‘Abdullah bin Muhammad bin
Husein bin Ahmad Shahib asy Syi’b bin Muhammad Asghar bin ‘Alwi bin Abu Bakar
al-Habsyi bin ‘Ali bin Ahmad bin Muhammad ‘Asadullah bin Hasan at Turabi bin
‘Ali bin AL-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin
‘Ali Khali’ Qasam bin ‘Alwi bin Muhammad bin ‘Alwi bin ‘ubaidillah bin
al-Muhajir Ahmad bin ‘Isa bin Muhammad Nagib bin ‘Ali al-Uraidhi bin Ja’far as
Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Husein bin Fathimah
az-Zahra binti Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bin ‘Abdillah.
Ketika Habib ‘Ali berusia 7
tahun, ayahnya hijrah ke Mekah. Kemudia pada usia 11 tahun hijrah ke Seiwun,
ini pada tahun 1271. Beliau hijrah atas perintah al’Allamah Sayyid ‘Umar bin
Hasan bin ‘Abdullah al-Hadda ketika di Haramain
asy-Syarifain. Habib Ali dianjurkan pindah karena untuk memperdalam ilmu
Fiqih dan ilmu-ilmu lainnya. Pada usia 17 tahun, Habib Ali pergi ke Mekkah.
Ketika masih asyik menekuni pelajarannya, Habib Muhammad, yakni ayahandanya
meminta untuk pergi ke Hijaz. Maka pada tahun 1276, ia pergi ke Mekkah bersama
rombongan haji. Ia tinggal di Mekah dengan ayahnya selama dua tahun yang penuh
berkah. Setelah itu ia kembali ke Seiwun sebagai orang yang allim dan ahli
dalam pendidikan. Kegiatan Habib Ali di Seiwun adalah belajar dan mengajar,
member dan mengambil manfaat. Banyak ahli Seiwun yang menutut ilmu kepadanya.
Dan yang lulus dari pendidikan beliau dan bersuluk di bawah bimbingan beliau
sangat banyak. Beliau mengantarkan mereka sampai pada apa yang telah ditentukan
Allah bagi mereka. Habib Ali juga sering pergi ke Tarim untuk menuntut ilmu
dari orang-orang alim disana. Habib Ali mengajar ilmu Nahwu. Beliau belajar
ilmu Nahwu dari kita al-Jurumiyyah dan
Mutammimah. Guru ilmu Nahwu beliau
adalah Syeikh Muhammad Khathib. Tentang tempat tinggal, Habib Ali lebih suka
tinggal di Hadhramaut. Awalnya, Habib Muhammad, ayahanda beliau, sedih
mengetahui hal iu. Namun ketika Habib Abu Bakar al-Athas tiba di Mekah, Habib
Muhammad mengadukan hal ini. habib Abu Bakar kemudian memberinya kabar gembira
bahwa kelak di Hadharamaut Habib ‘Ali akan memperoleh ahwal yang besar dan manfaat
yang banyak. Baru setelah itu tenanglah hati Habib Muhammad, dan Allah pun
mewujudkan apa yang diucapkan Habib Abu Bakar.
Ketika usia Habib ‘Ali menginjak
usia 68 tahun, beliau menulis kitab Maulid yang diberinya nama Simtud Durar. Pada hari Kamis 26 Shafar
1327 H, Habib ‘Ali memulai penyusunan kitab tersebut. Kemudian ada hari Kamis,
10 Rabiul Awwal beliau mulai menyempurnakannya. Pada malam Sabtu, 12 Rabiul
Awwal 1327 H, beliau mulai membacakan mauled tersebut di rumah muridnya. Sejak
hari itu Habib Ali kemudian membaca maulidnya sendiri: Simtud Durar. Maulid Simtud
Durar yang agung ini kemudia mulai tersebar luas di Seiwun, juga di seluruh
Hadharamaut dan tempat-tempat lain yang jauh. Munculnya Maulid Simtu Durar di zaman ini akan menyempurnakan kekurangan
orang-orang yang hiduo di zaman akhir. Sebab, tidak sedikit pemberian Allah
kepada orang-orang yan terdahulu yang tidak dapat diraih oleh orag-orang zaman
akhir, tapi setelah mauled ini datang, ia akan menyempurnakan apa yang telah
terlewatkan, Dan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam sangat menyukai maulid ini.
Di tahun-tahun terakhir kehidupan
Habib ‘Ali, pandangan beliau semakin kabur. Dan dua tahun sebelum wafatnya,
beliau kehilangan penglihatannya. Akhirnya pada waktu Dhuhur, hari Minggu, 20
Rabiuts Tsani 1333 H, ruh beliau yang suci terbang menuju ‘Illiyin. Dan wajtu Ashar keesokan harinya, jenazah beliau
diantarkan ke kubur dakam suatu iring-iringan yang tidak ada awa dan akhirnya.
Setelah shalat jenazah di halaman masjid Riyadh yang diimami oleh anak dan
khalifah beliau, Muhammd, jenazah beliau dikebumikan di sebelah barat masjid
Riyadh.
“Camkanlah, jangan sampai kalian
tidak mempelajari ilmu bahasa: nahwu dan sharaf. Karena ilmu bahasa merupakan
dasar dan alat untuk memahami semua ilmu pengetahuan.” Habib ‘Ali al-Habsyi,
Muallif Simtud Durar.
0 komentar:
Posting Komentar